Kamis, 22 Februari 2018

ini dia 5 jenis burung nuri yang ada di Indonesia

5 Jenis Burung Nuri yang Ada DI Indonesia-Burung Nuri adalah salah satu jeis burung paruh bengkok yang ada di dunia,burung nuri mrmiliki warna,ukuran,dan jenis yang beragam.disini saya akan membahas 5 tenis burung nuri yang ada di Indonesia.

1.Nuri Kabare
Pesquet’s Parrot 
Psittrichas fulgidus (Lesson, 1830)
Deskripsi
46 cm. Nuri hitam seukuran gagak, bagian perut, tunggir, dan bercak di sayap merah. Profil khas tubuh tegap, leher panjang, kepala kecil, dan paruhnya relatif sempit, bengkok. Jantan memiliki bintik merah kecil di belakang mata.
Suara
Geraman keras, panjang, parau, tidak berirama, yang dapat didengar dari jarak sangat jauh. Bunyinya mirip kain tebal yang disobek. Nadanya tunggal, berpasangan atau dalam rangkaian. Kadang mungkin diikacaukan dengan jeritan Kakatua koki.
Belum tersedia rekaman suara yang diambil dari wilayah Indonesia.
Persebaran dan Ras
Terpencar di seluruh P. Papua, terutama di pegunungan (kadang di kaki bukit di dataran rendah yang berdekatan) sampai ketinggian sekitar 1000 m, jarang sampai 2000 m. Diburu di beberapa kawasan.
Tempat Hidup dan Perilaku
Hidup di hutan perbukitan dan kaki gunung, meskipun sesekali dapat ditemui di tipe hutan dataran rendah lain. Biasanya dalam kelompok kecil, memakan buah yang lunak, misalnya buah ara, mangga, dan pandan pemanjat di hutan hujan dan hutan perbukitan. Gaya berjalan melompat-lompat dan merangkak mirip perilaku nuri. Salah satu jenis di P. Papua yang paling terancam punah, rentan terhadap perburuan untuk mendapatkan bulunya.
Status
Daftar merah IUCN : Rentan (VU)
Perdagangan Internasional: Appendix I  
Perlindungan: PP  No. 7/1999
2.Nuri Talaud
Burung Nuri Talaud atau Eos histrio adalah burung endemik pulau-pulau di utara Sulawesi. Burung Nuri Talaud atau Red-and-blue Lory juga menjadi salah satu burung langka dengan status Endangered. Burung paruh bengkok (parrot) dari famili Psittacidae ini terkenal dengan warna bulunya yang mencolok, merah dan biru. Burung Nuri Talaud berkerabat dekat dengan Nuri Maluku (Eos bornea), Nuri Kalung-ungu (Eos squamata), dan Nuri Tanimbar (Eos reticulata).
Nuri Talaud di daerah asalnya lebih kerap disebut sebagai burung Sampiri. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Red-and-blue Lory atau Blue-tailed Lory. Nama ini jelas merujuk pada bulunya yang berwarna merah dan biru mencolok. Nama latin hewanendemik Indonesia ini adalah Eos histrio (Statius Muller, 1776) dengan nama sinonim Eos historio (Statius Muller, 1776).
Burung Nuri Talaud berukuran sekitar 31 cm dengan berat sekitar 150-185 gram. Bulu tubuhnya berwarna mencolok, merah dan biru dengan paduan sedikit warna kehitaman. Warna biru keunguan membentang mulai daerah mahkota, sekitar mata dan telinga, belakang kepala hingga mantel (punggung) bagian atas. Pun pada bagian dadanya. Bulu sayap merah dengan ujung kehitaman. Sedang bulu ekor berwarna ungu atau biru kemerahan. Paruh berwarna jingga terang.
Burung Nuri Talaud (Eos histrio)
Burung Nuri Talaud (Eos histrio) © Berndt Fischer
Hidup secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Hewan diurnal yang lebih banyak beraktifitas di siang hari. Saat malam membentuk kelompok besar di sebuah pohon untuk beristirahat atau yang biasa dikenal sebagai fenomena pohon tidur (roost tree). Suara kicauan burung ini pendek, kasar, berisik, dan mencolok.
Diperkirakan pasangan burung Nuri Talaud (Eos histrio) monogami. Saat berbiak, betina bertelur hingga dua butir. Telur diletakkan dalam sarang yang dibangun dalam lubang di batang pohon besar. Telur akan menetas setelah dierami selama sebulan. Anak burung tinggal dalam sarang hingga belajar terbang pada usia delapan minggu.
Burung langka ini mendiami hutan pamah primer dan hutan perbukitan hingga perkebunan kelapa. Sebagai burung endemik, Nuri Talaud mempunyai daerah sebaran yang terbatas di pulau-pulau kecil di sebelah utara pulau Sulawesi.
Terdapat tiga subspesies burung Nuri Talaud yang diakui. Ketiganya adalah :
  • Eos histrio challengeri Salvadori, 1891; mendiami Pulau Miangas (Sulawesi Utara)
  • Eos histrio talautensis A. B. Meyer & Wiglesworth, 1894; tersebar di Karakelong, Salebabu, dan Kaburuang (Kepulauan Talaud)
  • Eos histrio histrio (P. L. S. Müller, 1776); tersebar mendiami Pulau Sangihe, Pulau Siau dan Pulau Ruang.
Populasi burung Nuri Talaud diperkirakan berkisar antara 5.500 hingga 14.000 individu dewasa. Populasi ini mengalami penurunan yang diakibatkan oleh hilangnya habitat dan penangkapan untuk diperjualbelikan.
Burung Nuri Talaud (Eos histrio)
Burung Nuri Talaud (Eos histrio) © Kris Tindige
Burung Nuri Talaud (Eos histrio)
Burung Nuri Talaud (Eos histrio) © Drägüs
Berdasar penurunan populasi dan ancaman yang terus terjadi, IUCN memasukkan Nuri Talaud (Eos histrio) dalam status konservasi Endangered (Terancam; EN). Sedangkan status perdagangan Internasionalnya adalah CITES Appendix I yang berarti tidak boleh diperdagangkan secara internasional kecuali untuk tujuan khusus (seperti riset). Di Indonesia sendiri, burung endemik langka ini termasuk burung yang dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999. Baca : Daftar Burung Appendix I CITES.
Meskipun masuk Daftar Merah IUCN sebagai Endangered, termuat sebagai Appendix I CITES, dan dilindungi di Indonesia, nyatanya perburuan burung ini tetap marak. Burung Nuri Talaud kerap ditangkap kemudian diperdagangkan sebagai burung peliharaan, termasuk jual beli hewan online. Padahal Nuri Talaud Burung Endemik Endangered ini sudah benar-benar langka dan mendekati kepunahan.




4.Nuri Dusky (Dusky Lory)

Dusky Lory
Pseudeos fuscata (Blyth, 1858)
Deskripsi
25 cm. Memiliki dua fase warna bulu dengan detil yang bervariasi. Secara umum berwarna coklat/zaitun kelabu; mahkota kuning ; lingkar leher kuning/merah, terkadang memiliki lingkar tambahan pada dada; perut sampai dada bawah kuning atau merah; tunggir putih; penutup sayap bawah coklat dan kuning atau merah; sepasang pita melingkar pada sayap bawah dan tunggir; ekor kuning/zaitun. Paruh jingga gelap. kulit  pada pangkal paruh jingga, mata merah. Remaja: seperti burung dewasa dengan warna kuning atau merah yang lebih banyak pada tubuh bagian bawah; tunggir kuning pucat, paruh coklat/hitam dengan pangkal kuning,  mata kuning/abu-abu.
Suara
Pekikan sangat kuat, parau, mendecit dan menjengkelkan. Khususnya ketika terusik, yang memicu intensitas yang lebih tinggi. Suara panggilan kelompok yang berulang-ulang dan dapat terdengar sampai jarak yang jauh. Terdengar seperti suara Perkici Pelangi, dengan frase yang lebih pendek, lebih keras, bernada lebih meninggi, dan tidak bersambung.
Belum tersedia rekaman suara yang diambil dari wilayah Indonesia.
Persebaran dan Ras
Di seluruh Papua, termasuk Salawati dan Yapen.
Tempat Hidup dan Perilaku
Menghuni berbagai tipe habitat dari dataran rendah, perbukitan, sampai hutan pegunungan dengan ketinggian tidak lebih dari 1500m. Lebih menyukai tepi hutan yang lembab, hutan sekunder, savana, perkebunan dan beberapa perkampungan yang rimbun. Memakan bunga, buah dan serangga. Menyukai hidup dalam kelompok besar dan sangat berisik. Bersidat nomadik dan sangat bergantung pada ketersediaan pakan. Sering terlihat bertengger bersama dalam kelompok besar.
Status
Daftar merah IUCN : Resiko Rendah (LC)
Perdagangan Internasional: Appendix II, dapat diperdagangkan dengan pengaturan
tertentu.


5.Nuri Bayan

Rabu, 21 Februari 2018

10 Jenis Ular Berbisa Yang Ada Di Indonesia

 10 Jenis ular berbisa di Indonesia -Ular adalah jenis reptil yang tidak mempunyai kaki dan bertubuh panjang. Ular ini memiliki sisik dan digolongkan ke dalam reptil bersisik. Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses di dunia dan banyak yang berminat untuk memelihara ular tersebut karena memang ular juga termasuk salah satu hewan peliharaan yang cukup menarik perhatian para pecinta hewan peliharaan.Di dunia terdapat banyak jenis ular mulai dari yang berbisa tinggi hingga ular yang tidak berbisa.

Nah berikut ini saya akan membahas tenting 10 jenis ular berbisa yang ada di Indonesia:

10.ular picung (Rhabdophis subminiatus)

ular picung
Ular Picung
Red Necked Keelback
Berbisa Tinggi dan Berbahaya
Family : Natricidae
Subfamily : Natricinae
Genus : Rhabdophis
Species : Rhabdophis subminiatus
Panjang Maksimum : 1.3m
Kontribusi pada ekosistem : Menjaga keseimbangan populasi katak, kodok khususnya katak buduk, ikan dan cicak.
Status konservasi dan ancaman : Ular Picung tidak memiliki masalah konservasi di Indonesia, dan jarang diperjual belikan sebagai hewan peliharaan.
Bahaya bagi manusia : Ular bertaring belakang ini dulu diketahui sebagai spesies yang berbisa rendah seperti colubridae lainnya (dulu dianggap colubrid, sekarang natricidae), namun telah diketahui setelah beberapa kasus gigitan bahwa ular ini ternyata berbisa tinggi gigitannya dan dapat mengancam nyawa manusia. Dengan fakta bahwa ular ini sering ditemukan, sehingga membuatnya menjadi lebih berbahaya
Persebaran : Sumatera, Kalimantan, Jawa, SulawesiJuga dikenal dengan nama Ular Pudak Bromo, ular ini adalah spesies yang persebarannya luas dari dataran rendah dan hutan pegunungan rendah hingga ketinggian sekitar 1800 meter. Spesies ini diketahui oleh bagian tengkuknya yang berwarna merah menyerupai buah picung.
Ular ini aktif pada siang hari, seperti kebanyakan natricidae lain lebih sering ditemui di darat dekat badan air kecil, seperti kolam, rawa dan sungai, namun juga dapat ditemukan dekat tempat tinggal manusia seperti kebun dan sawah. Dietnya terdiri dari vertebrata air seperti katak, berudu dan ikan, katak buduk (Bufo.sp) merupakan makanan utama ular ini, yang merupakan spesies katak beracun.
Ular Picung terlihat kebal terhadap racun katak buduk, dimana katak buduk juga sumber dari racun yang dimiliki ularnya, sehingga hal ini membuat ular ini beracun dan berbisa tinggi. Ular ini memiliki badan panjang, ramping dengan kepala sedikit lebih besar dari tubuhnya, dan mata besar. Pada saat kecil, ular ini memiliki warna yang sangat terang dan mencolok. Terjadi sebuah perubahan warna pada bagian lehernya ular ini pada masa transisi dari remaja hingga dewasa.
Ular ini cukup jinak dan jarang menggigit, tetapi kadang-kadang ular ini dapat menggigit tanpa memperlihatkan tanda-tanda khusus sehingga ular ini harus diperlakukan dengan hati hati. Ular ini menelur sekitar 5-17 butir telur yang akan menetas setelah 8 sampai 10 minggu, spesimen baru netas berkisar sekitar 13-19cm.




9.Ular Cabe (Calliophis bivirgata)
ular cabe
Sulit untuk menggambarkan keunikan ular cabe merah (Calliophis bivirgata). Ular yang tersebar luas di Indonesia ini cantik, mematikan, tetapi juga sekaligus menginspirasi penyembuhan rasa sakit.
Bisa ular tersebut akan memicu kejang luar biasa dan paralisis. Jika digigitnya, manusia akan mengalami kematian yang mengerikan.
Namun, bila senyawa dalam bisa ular tersebut dipelajari, niscaya obat penyembuh rasa sakit yang lebih ampuh dari morfin akan didapatkan.
Bryan Fry, peneliti dari University of Queensland, mengungkapkan, ular dengan garis biru serta kepala dan ekor merah itu adalah "pembunuh para pembunuh".
"Ular ini punya spesialisasi membunuh ular berbisa lainnya, termasuk king cobra," ujarnya seperti dikutip Science Alert, Senin (31/10/2016).
"Ular itu juga punya kelenjar penghasil bisa terbesar di dunia. Ukurannya mencapai seperempat panjang tubuhnya," imbuh Fry.
Baru-baru ini, Fry meneliti kandungan pada bisa ular cabe merah. Ia menemukan senyawa yang mampu memengaruhi kerja saraf, disebut calliotoxin.
Calliotoxin inilah yang membuat ular cabe merah sangat mematikan. Racun itu mengganggu kanal sodium, sebuah jalur yang menyebabkan saraf tertentu aktif dan tidak aktif.
Calliotoxin akan membuat kanal sodium dalam jaringan saraf mangsanya terus hidup sehingga mengalami kram, kejang, dan paralisis.
Bagi Fry dan rekannya, Jennifer Deuis, cara kerja calliotoxin tersebut menarik. Sebab, kanal sodium jugalah yang memengaruhi munculnya rasa sakit yang dialami manusia.
"Menghambat kanal sodium adalah cara penyembuhan yang menjanjikan untuk mengatasi rasa sakit," ujar Deuis kepada Washington Post, kemarin.
Calliotoxin juga menarik karena berasal dari hewan bertulang belakang. Dengan demikian, senyawa itu bekerja pada sistem yang lebih mirip dengan manusia.
Jangan membayangkan pada masa depan ilmuwan akan "memerah" bisa dari ular cabe merah.
Bukan itu yang ada dalam bayangan Fry dan rekan. Fry mengatakan, yang akan dikembangkan adalah senyawa sintetis dari calliotoxin.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Toxin minggu ini memberi gambaran bahwa betapa pun mematikan suatu makhluk, tetap saja ada manfaatnya.
"Jika saja kita merusak keanekaragaman hayati itu, akan sulit untuk mendapatkan manfaat ekonominya." kata Fry.

ular hijau ekor merah

8.Ular Hijau Ekor Merah (Trimeresurus albolabris)

Ular Bangkai Laut / Ular Hijau Ekor Merah
White Lipped Pit Viper
Berbisa Tinggi dan Berbahaya
Suku : Viperidae
Anak Suku : Crotalinae
Marga : Trimeresurus
Spesies : Trimeresurus albolabris
Panjang Maksimum : 1m / 100cm
Kontribusi pada ekosistem : Menjaga keseimbangan burung, tikus dan tikus pohon. Individu muda biasanya memangsa kodok atau kadal.
Bahaya bagi manusia: Ular ini berbisa tinggi dan dapat menggigit dengan sangat cepat, ular ini merupakan ular yang sering ditemukan sehingga keberadaan bahaya dari ular ini sering ada. Seringkali ular ini tidak terlihat oleh para pejalan di perkebunan desa sehingga ular ini sering menyebabkan gigitan, Walaupun gigitan dari ular ini jarang fatal, ular ini masih berbahaya bagi manusia. Ular ini merupakan salah satu spesies Ular Beludak yang memiliki bisa tidak terlalu kuat dibandingkan yang lainnya.
Status konservasi dan ancaman : Trimeresurus albolabris tidak memiliki masalah konservasi di Indonesia.Juga dikenal sebagai Ular Bangkai Laut, ular ini merupakan ular yang telah beradaptasi dengan baik sehingga dapat hidup di habitat yang dekat dengan perumahan warga. Ular ini dapat dijumpai pada dataran rendah hanya hingga ketinggian 500m, pada pepohonan bambu, daerah yang telah dibudidayakan seperti sawah, perkebunan, tempat banyak tumpukan kayu dan kadang-kadang juga dapat ditemukan di taman.

Ular ini memiliki kecenderungan untuk ditemukan di dekat sumber air, biasanya ditemukan di atas tanah beristirahat pada vegetasi rendah, semak atau pohon bambu. Ular ini bersifat nokturnal, sering ditemukan di tanah saat malam hari dimana ia berburu mangsanya yang merupakan kodok, kadal, tikus kecil dan burung. Ular ini bergerak dengan lamban khususnya pada siang hari, biasanya tidak agresif namun akan segera menggigit jika diganggu atau disentuh.

Badan ular ini ramping, dengan kepala segitiga tumpul. Sisik dorsal ular ini berwarna hijau, bagian bawahnya lebih pucat. Bagian atas kepala ular ini berwarna hijau, bibirnya dan sekitar tenggorokannya dapat berwarna putih, kuning atau hijau pucat. Matanya oranye-kuning, buntutnya berwarna coklat-kemerahan.

Ular ini dapat menggigit dengan cepat dan sering menyebabkan gigitan kepada manusia yang tidak sengaja menyenggolnya atau menuju ke hadapannya, namun gigitan dari ular ini jarang sekali menyebabkan kematian. Induk ular ini dapat melahirkan hingga 16 anakan.

Persebaran: Sumatera, Jawa, Lombok, Sumbawa, Komodo, Sumba, Flores, Roti, Wetar, Kisar

7.Ular Kobra Jawa (Naja sputatrix)Ular Sendok Jawa
Javan Spitting Cobra
Berbisa Tinggi dan Berbahaya
Family : Elapidae
Subfamily : Elapinae
Genus : Naja
Species : Naja sputatrix
Panjang Maksimum : 1.5m
Kontribusi pada ekosistem : Menjaga keseimbangan populasi kodok, kadal, tikus dan katak (khususnya Bufo.sp). Individu masih kecil/muda akan dimangsa oleh pemakan ular seperti Ular Welang.
Bahaya Bagi Manusia : Ular ini berbisa tinggi, gigitan dari individu muda maupun dewasa dapat berakibat kematian. Selain itu, ular ini juga memiliki mekanisme defensif dengan dapat menyembur bisa kepada mata penganggu, yang dapat menyebabkan luka permanen bahkan kebutaan pada mata sehingga sebaiknya menjaga jarak paling dikit 2m jika menemukan seekor ular sendok.
Status konservasi dan ancaman : Naja sputatrix tidak memiliki masalah konservasi di Indonesia karena ular ini telah beradaptasi dengan lingkungan dengan baik sehingga jumlah populasi akan selalu padat. Ular ini didaftarkan sebagai Least Concern di IUCN Red List. Ular ini sering diperjual belikan sebagai hewan peliharaan. Ia juga sering digunakan untuk kepentingan obat cina dan kulitnya.
Distribusi : Jawa, Lombok, Sumatera, Flores, Komodo, Bali, Alor, Sulawesi, Lomblen

Ular Sendok Jawa merupakan ular elapid berbisa tinggi yang cukup sering ditemukan pada ketinggian rendah di daerah terganggu oleh aktivitas manusia hingga ketinggian 600m dpl.
Biasanya ular ini akan menghindari konfrontasi dengan manusia, namun ular ini akan melawan jika terpaksa dengan menegakkan tubuhnya, memperlihatkan "kerudungnya" dan membuat suara mendesis jika merasa terancam.
Sifat defensif ini lebih sering dilakukan oleh individu dewasa. Jika sang penganggu tidak segera memundurkan diri, maka ular kobra ini akan menyemburkan bisa kepada matanya, semburan bisa oleh ular ini diketahui tepat sasaran.
Ular ini dapat hidup di daerah dekat dengan tempat tinggal manusia, habitat ideal bagi ular ini sangat beragam mulai dari taman dekat kota, daerah pedesaan dan sekitar selokan.
Persebaran luas dan padat spesies ini menunjukkan kesuksesan spesies ini dalam beradaptasi dengan habitat yang telah terganggu oleh aktivitas manusia.
Ular ini sering ditemukan pada semak-semak, kadang-kadang juga akan masuk rumah warga karena sedang mencari mangsa tikus. Saat tidak aktif, ular ini akan mengumpat di daerah tertutup, seperti taman tak terurus, di sekitar selokan dan tempat teduh lainnya.
Ular ini harus ditangani dengan sangat berhati-hati. Kadang-kadang dapat ditemukan di atas pohon setinggi 11m, Semburan bisa tersebut dapat menyebabkan luka permanen kepada mata korban. kasus paling buruk akan menyebabkan buta permanen. Tubuh ular ini cukup tebal, buntutnya pendek.
Kepalanya berbeda dari tubuhnya dan moncongnya berbentuk bundar. Warna tubuh ular ini sangat bervariasi dari setiap rona warna coklat hingga hitam, namun warna yang paling sering ditemukan adalah hitam.
Di Jawa Barat ular berwarna hitam-abu-abu, Jawa Timur dan Nusa Tenggara abu-abu atau coklat. Bagian bawah berwarna krim-kekuningan. Ular ini aktif pada siang dan malam hari dimana ia memangsa terutama pada tikus, ular lain, kadal dan amfibi (Bufo.sp). Ular betina dapat menelur 16 hingga 26 butir telur, saat menetas individu berukuran 24 - 28cm.
ular kobra jawa
6.Ular King Kobra (Ophiophagus hannah)
ular king kobra
ular yang namanya sudah melegenda dan dikenal luas di Indonesia, King Cobra (Ophiophagus hannah). Habitat ular ini terdapat di kawasan Asia Timur dan Tenggara termasuk Indonesia. King Cobra termasuk tipe ular yang agresif dan bahkan dapat memangsa ular lain yang lebih kecil. Seekor King Cobra dapat menyuntikkan racun antara 200 - 500 mg per gigitan yang cukup membunuh seekor gajah dalam waktu 1 jam. Ketika sesorang dipatuk oleh King Cobra gejala gigitan ular menyebabkan kelumpuhan, sakit yang luar biasa di seluruh tubuh, pandangan yang kabur, dan dibutuhkan antitoxin dalam jumlah yang besar untuk menangkal racun tersebut. Beberapa laporan tingkat kematian korban gigitan King Cobra mencapai 28%.


5.Ular Bandotan Puspa (Daboia siamensis)
Ular Bandotan puspa
Russel's Viper
Berbisa Tinggi dan Berbahaya
Family : Viperidae
Subfamily : Viperinae
Marga : Daboia
Spesies : Daboia siamensis
Panjang Maksimum : 1.5m
Kontribusi pada ekosistem : Menjaga keseimbangan populasi tikus, tupai, kucing dan kadal
Bahaya bagi manusia: Ular ini memiliki bisa yang sangat berpotensi fatal
Status konservasi dan ancaman : Ular Bandotan Puspa tidak memiliki masalah konservasi di Indonesia, dan jarang diperjual belikan sebagai hewan peliharaan.
Distribusi : Jawa Timur, Komodo, Flores, Lomblen, Endeh
Ular adaptif ini dapat ditemukan di berbagai macam habitat dan tidak memiliki habitat khusus dalam daerah persebarannya, namun ular ini paling sering ditemukan di ladang rumput terbuka, semak belukar, hutan sekunder, hutan perkebunan dan dekat peternakan dimana populasi tikus berlimpah.
Ular ini hidup di tanah dan dapat memanjat pohon pendek, lebih menyukai tanah datar dan udara kering, ia cenderung menghindari habitat hutan lebat dan lembab. Ular ini aktif pada malam hari, ia akan memangsa pada hewan pengerat seperti tikus, tupai dan kucing kecil, namun ia juga akan memangsa kadal dan kodok.
Ular dewasa diketahui bergerak dengan lamban kecuali saat diprovokasi dimana mereka menjadi agresif, individu muda bersifat kebalikannya, mereka akan segera menggigit tanpa peringatan. Saat merasa terancam, ular ini akan membuat suara mendesis yang keras hingga penganggunya pergi.
Tubuh ular ini kekar dan lebar, berwarna coklat hingga sowo matang dengan beberapa bercak yang bervariasi dalam ukuran dan warna,lehernya tebal dibandingkan ular beludak lainnya. Di kepalanya terdapat bercak lebih kecil yang ada di tubuhnya, buntutnya memiliki garis. Ular ini dapat melahirkan hingga 63 bayi namun biasanya sekitar 20 hingga 40 bayi yang berukuran 24-30cm menyerupai induknya.
4. Ular Tanah ( Calloselasma rhodostoma )
ular tanah
Ular tanah adalah termasuk dalam golongan ular paling berbahaya di Indonesia dari keluarga beludak berbisa. Ular tanah memiliki banyak julukan, dalam bahasa inggris ular tanah sering di sebut dengan malayan pit viper sedangkan di beberapa daerah di sebut dengan ular bandotan bedor, oray lemah, oray gibug, ular edor. Memiliki kandungan bisa dengan racun Hemotoxin yang akan membuat tubuh terasa seperti mengalami efek panas seperti terbakar. Ular ini di kelompokkan kedalam ular yang sangat agresif dan tidak segan untuk menggigit manusia yang ada di dekatnya tanpa adanya peringatan. Kebanyakan ular ini memiliki panjang maksimal hingga mencapai 80cm hingga 1 meter, dengan badan cenderung gemuk. Seperti dengan julukannya dalam bahasa inggris, ular ini memiliki bentuk kepala yang mirip ular viper lainnya dengan bentuk segitiga dengan moncong runcing. Ular tanah ini adalah merupakan hewan penyergap, sehingga jarang sekali di temukan bekeliaran, karena hewan ini lebih memilih untuk bersembunyi di tanah atau menggantung di dahan pohon untuk memangsa buruan yang lewat di depannya.


3.Ular Micropechis Ikaheka

ular ikaheka
Ular Ikaheka
New Guinea Small Eyed Snake
Berbisa Tinggi dan Berbahaya
Suku : Elapidae
Anak Suku: Elapinae
Marga : Micropechis
Spesies: Micropechis ikaheka
Panjang Maksimum : 2m
Kontribusi pada ekosistem : Menjaga keseimbangan populasi kadal
Bahaya bagi manusia: Ular ini sangat berbisa dan berbahaya, diketahui saat menggigit ia tidak akan langsung melepas melainkan akan terus mengunyah pada korbannya. Individu muda dapat bergerak dengan gesit sementara individu dewasa biasanya cukup lamban
Status konservasi dan ancaman : Micropechis ikaheka tidak memiliki masalah konservasi di Indonesia.
Persebaran : Irian Jaya

Ular tersebar luas di Papua Nugini ini dapat ditemukan di berbagai macam habitat lembab, mulai dari daerah rawa-rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan pada ketinggian 1500m dpl.
Ular terestrial ini kadang-kadang dapat ditemukan dalam jumlah cukup banyak pada beberapa daerah tertentu seperti di sekitar perkebunan kelapa, dimana ular ini memanfaatkan tumpukan batok kelapa untuk digunakan sebagai habitat utama mereka, ini juga berarti bahwa para pekerja di kebun kelapa akan menghadapi resiko tergigit oleh ular berbisa tinggi ini.
Ular ini dapat bertemperamen agresif sehingga harus ditangani dengan sangat hati-hati. Ular ini memiliki sifat fossorial dimana ia biasa mengubur dirinya di bawah tanah untuk menyembunyikan diri atau beristirahat. Mangsa ular ini merupakan kodok, tikus, kadal dan ular lain, ular ini bersifat kanibal. Ia aktif pada malam hari.
Badan ular ini tebal, kepalanya pendek dan sedikit lebih lebar dari tubuhnya (perbedaan dalam lebar sangat sedikit). Mata ular ini kecil, sebuah fitur yang sering ditemukan pada ular fossorial. Kepala ular ini berwarna hitam, warna dasar tubuhnya putih pucat dengan garis-garis tebal di seluruh tubuhnya yang akan menjadi lebih gelap semakin dekat ke buntutnya.
Garis-garis tebal sering berujung dengan warna coklat gelap hingga coklat-hitam. Sisiknya halus. Ular ini memiliki banyak variasi warna lainnya. Ular ini bereproduksi secara menelur.


2.Ular Adder

ular adder

Adder adalah nama dari berbagai jenis ular berbisa dari keluarga Viperidae atau viper. Puff adder, night adder, dan European common adder semuanya termasuk ke dalam keluarga ular viper. Death adder terlihat seperti ular viper, tapi sebenarnya ular ini termasuk ke dalam keluarga elapid atau kobra.
Adder adalah ular yang sangat berbisa. Satu gigitan adder dapat membahayakan nyawa manusia secara serius. Racun ular common adder dan night adder biasanya tidak sampai membunuh orang. Tapi racun death adder dan puff adder sangat mematikan.
Night adder dan puff adder ditemukan di Afrika. Puff adder juga tinggal di beberapa wilayah Timur Tengah. Common adder ditemukan di Eropa dan Asia. Death adder tinggal di Australia dan Papua Nugini. Ular adder mampu membuat tempat tinggal mereka di berbagai habitat, dari semak kering hingga hutan hujan. Beberapa adder yang hidup di iklim dingin berhibernasi selama cuaca dingin.
Sebagian besar jenis ular adder panjangnya kurang dari 3 kaki (1 meter). Namun panjang puff adder bisa sampai sekitar 3 sampai 5 kaki (1 sampai 1,5 meter). Ular adder biasanya berwarna abu-abu atau cokelat, dengan pola zigzag, Vs, atau pita di sepanjang punggung. Kebanyakan jenis memiliki tubuh kekar dan kepala yang luas. Adder memiliki taring yang sangat panjang.
Adder memangsa katak, kadal, mamalia kecil, dan burung. Banyak jenis adder melakukan perburuan di malam hari. Adder cenderung berbaring dengan tenang, menunggu mangsa lewat. Beberapa dari mereka menggunakan ekornya sebagai pancingan. Mereka menggoyangkan ujung ekor untuk menarik mangsa agar mendekat. Ketika mangsa datang dalam jarak dekat, adder akan menyerang tiba-tiba. Taringnya menyuntikkan racun ke dalam mangsa, yang kemudian akan ditelan seluruhnya oleh adder.
Ketika adder merasakan bahaya, mereka bisa mendesis keras. Ketika puff adder mendesis, mereka juga menggembungkan tubuhnya agar terlihat lebih besar. Sebagian besar jenis adder melahirkan 10 atau lebih anak pada suatu waktu. Anak seperindukan puff adder dapat berjumlah sampai 50 ekor. Tidak seperti adder lainnya, night adder tidak melahirkan; mereka bertelur sebagai gantinya.


1.Ular Taipan

di Pulau Papua terdapat ular paling berbisa di dunia. Untung saja ular ini persebarannya hanya ditemukan di daratan Papua Nugini terutama bagian tenggara dan Australia.
Ular ini sangat berbahaya. Ini adalah Oxyuruanus scutellatus (Taipan Papua) yang bisa mencapai panjang 3 meter.
Habitat hidupnya beragam. Ia bisa ditemukan di daerah yang hangat, basah, sampai ke daerah tropis yang kering. Di Australia, ia bahkan hidup di perkebunan tebu, di mana banyak mangsanya di sana, macam tikus.
Taipan ini akan aktif pada pagi-pagi sekali sampai menjelang siang. Namun pada temperatur yang panas, ia akan memilih jadi nocturnal.
Ular ini sangat besar dan kuat serta memiliki naluri yang tajam. Ia akan berburu menggunakan matanya yang tajam. Ia sering terlihat bergerak dengan kepala yang terangkat tinggi dari permukaan tanah.
Jika taipan Papua berhadapan dengan calon mangsanya, maka ia biasanya akan mengadakan serangkaian serangan yang cepat dengan cara mengibas-ngibaskan ekornya.
Namun umumnya ia akan cenderung menghindari manusia. Tapi jika terpojok, ia bisa berubah menjadi ganas dan menyerang berkali-kali.
Pada saat itulah taipan Papua sekaligus menyemburkan bisa yang bersifat neutrotoxin. Bisa ular ini termasuk paling mematikan nomor tiga di dunia. Kalau kamu digigit, kamu bisa mengalami sakit kepala, pingsan, lumpuh, pendarahan dalam, kerusakan ginjal, dan kematian yang terjadi kurang lebih 30 menit setelah digigit.

Korban yang tak mendapat perawatan tingkat kematiannya 100 persen. Sebab dosis bisa yang disuntikkannya sangat tinggi. Ia bisa menyuntikkan bisa rata-rata 120 mg, dengan rekor maksimal 400 mg.
ular taipan
Jenis-jenis ular di atas adalah ular yang berbisa tinggi.Jika kalian bertemu dengan salah satu jenis ular di atas sebaiknya menghindar. Jangan pernah ganggu ular jika anda tidak ingin diganggu ular!!!